Sabtu, 27 Juli 2013

Minta Maaf pada Simbah



Inilah impian yang ingin saya wujudkan pada Ramadhan kali ini, entah ini Ramadhan ini terakhir bagiku atau (mudah-mudahan) masih bertemu lagi dengannya. Lebih-lebih bila ini adalah Ramadhan ini terakhir, maka, sekali lagi, aku ingin meminta maaf secara langsung pada simbah.

Hadiah Untuk Ibu dan Abah


Berangkat ke tanah suci adalah impian terbesar orang tuaku, terutama abah. Tentu saja ini bukan keinginan ringan yang mudah dicapai. Berangkat haji memerlukan banyak persiapan, mulai dari mental, spiritual, tentunya persiapan finansial.
Untuk abah dan ibu, persiapan mental dan spiritual mungkin lebih mudah dilakukan, modalnya hanya satu, yaitu jiwa. Namun untuk persiapan yang terakhir, ini yang menjadi kendala selama ini.

Kami bukan termasuk keluarga kaya raya, tapi juga enggan rasanya disebut keluarga miskin. Mungkin berada di antara keduanyalah posisi kami.

Jumat, 26 Juli 2013

SOSOK PEMBACA AYAT AL-QUR’AN DI ISTANA NEGARA MALAM INI: Firdaus

Firda, Hayatun, Aku, Anak Mbak Firda, Mbaknya Mbak Firda


Namanya Siti Badiatul Firdos,asal Kebumen. Tapi kalau berkenalan langsung dengan dia, maka yang terdengar dari namanya adalah SITI BADINGATUL FIRDOS. (hehehe, maaf ya bu) Dari status FB yang aku baca dua hari yang lalu, dia menuliskan kalau mendapat juara MTQ RRI dan hadianya adalah umroh yang silimpahkan kepada ibunya. Tulisnya lagi, dia akan melantunkan ayat suci al-Quran pada peringatan Nuzulul Qur’an di Istana Negara. Waw...... akhirnya, ketemu presiden juga temanku ini.

Rabu, 24 Juli 2013

Jadian Yuk!


“Kalau begitu, kita jadian saja.” Katanya di ujung telpon.

“Jadian? Untuk apa?” Tanyaku dengan nada tertawa untuk menutupi rasa kagetku.

“Ya untuk menikahlah. Masa untuk pacaran. Kita ini sudah tua, tidak masanya lagi pacaran-pacaran. Lagian kalau ketahuan simbah, bisa bahaya. Pokoknya lebaran nanti, aku akan melamarmu, Mbak.”

“Hahahaha.... Masa iya aku menikah dengan adik sepupuku sendiri? Emang di dunia ini tidak ada yang lain?” Gurauku lagi.

“Aku serius, Mbak. Ini tidak main-main.” Jawabnya tegas.

“Kalau serius, ayo maju! Siapa takut?” Tantangku.

“Mulai saat ini, aku akan memanggilmu ‘adek’, tidak ‘mbak’ lagi.” Katanya lagi.

Minggu, 21 Juli 2013

Baju Baru untuk Lebaran



Dulu, ketika kami semua masih kecil, bulan puasa adalah bulan yang kami nanti-nanti. Kami akan mendapatkan baju baru, sesuatu yang tidak kami dapatkan di luar bulan puasa. Baju itu akan kami kenakan saat lebaran nanti.

Karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas saat itu, bisa dikatakan orang tua kami memang sedikit “pelit” untuk urusan selain buku. Kami tidak bisa mendapatkan apa yang kami inginkan dengan mudah selain buku. Jadi untuk mendapatkan baju baru, kami harus menunggu datangnya bulan puasa. Itupun bukan baju yang beli jadi, tapi baju yang dijahit sendiri oleh abah. Alasannya sederhana, ongkos menjahit baju sendiri leboh murah daripada membeli baju jadi.

Kalung Emas untuk Mira


Haji Jalal hanya bisa merenung melepas keranda jenazah Mira, cucu yang meninggal setelah melahirkan putranya. Ia merasa tak rela dengan kepergian Mira untuk selamanya itu.

Berhari-hari ia tetap merenung dan memikirkan Mira. Ia telah berbuat kurang adil dengan cucunya itu. Ia tidak memberikan kalung emas saat pernikahan Mira, seperti yang ia berikan kepada cucu-cucunya yang lain. Tapi, semua sudah terlambat. Mira telah pergi.