Sabtu, 18 Oktober 2014

Buku Kesukaan Farras

Buku The 7 Habits (atas) dan Bermain Bersama Tini (bawah)


Ada dua buku kesukaan Farras saat ini, buku Muhammad is My Prophet (Kisah Perjalanan Nabi Muhammad saw) dan buku The 7 Habits of Happy Kids. Buku pertama saya beli sebagai ganti buku tentang Nabi Muhammad yang selama ini saya-cari-cari tapi ternyata sudah tidak terbit lagi, yaitu Buku 365 Hari Bersama Nabi Muhammad saw yang menurut rekomendasi beberapa teman buku itu termasuk kategori living book. Karena sudah mentok tidak mendapatkan buku itu, akhirnya untuk sementara saya menggantinya dengan buku Kisah Nabi Muahammad yang mendekati kategori living book. 

Ada satu kisah yang paling diingat Farras dalam buku ini (meski belum tuntas saya membacakannya), yaitu kisah kelahiran Nabi Muhammad, saat pasukan Abrahah mencoba menghancurkan Ka'bah dengan tentara gajahnya. Dia meminta saya mengulang-ulang cerita itu. 'Bu, mau kuku (buku) Amad (Muhammad), ada gajah diempan (dilempar) batu sama uwung (burung), twus (terus) dibakan (dibakar) sama Allah,' begitu katanya.

Jumat, 17 Oktober 2014

Ayo Hidup Sederhana!



Masih ingat berita tentang jam tangan jenderal kita yang menjadi bahan pembicaraan di negeri tetangga? Sang Jenderal diberitakan memiliki jam tangan mewah yang berharga milyaran rupiah. Tapi kemudian Sang Jenderal membantah, bahwa jam tangan itu bukan jam tangan asli dan hanya jam tangan tiruan yang harganya ‘hanya’ pada kisaran jutaan saja. Entah, mana berita yang benar, yang pasti harga jam tangan itu mahal, entah itu satu milyar atau lima juta, harga itu banyak dirasa mahal untuk kebanyakan masyarakat kita.
 
Ada satu nilai dan sikap kehidupan yang nampaknya akhir-akhir ini ditinggalkan oleh para pesohor kita, baik itu pejabat maupun artis. Nilai tersebut adalah kesederhanaan. Sebagian besar dari mereka seringkali memamerkan gaya hidup mewah, komsumtif, dan berlimpahan harta benda melimpah. Dengan bangganya mereka memperlihatkan harta benda mahal, mulai sepatu dengan harga sekian juta, tas sekian ratus juta, motor sekian milyar, mobil mewah sekian triliun, dan seterusnya, seolah mereka adalah orang yang paling bahagia di dunia ini.

Dikira Jualan Buku


Koleksi kami yang baru sedikit

Kalau membaca cerita-cerita klasik, maka tidak dapat tidak pasti kita menemui cerita tentang ruangan khusus membaca, menggambar, atau berdikusi yang dimiliki tiap tokoh, contohnya dalam roman Pride and Prejudice (Jane Austen). Atau paling tidak dikisahkan kegemaran tokoh utamanya pada buku. Sampai-sampai saya menyimpulkan bahwa pengetahuan dan kemampuan yang wajib dimiliki oleh anak-anak pada masa itu adalah pengetahuan sejarah, biografi, dan kemampuan membaca sastra dan puisi. Seorang anak (atau siapapun itu) baru dikatakan berpendidikan (beradab) bila menguasai ketiga hal tersebut. Menguasai di sini bukan hanya sekedar menghafal urutan tahun dalam sejarah, atau pandai menyairkan puisi lho ya, tetapi lebih dari itu, menguasai sejarah dan biografi adalah anak (atau seseorang) mampu mengambil pelajaran dari kedua subjek tersebut.

Jumat, 10 Oktober 2014

Inilah Pilihan Saya


Hastag perang ibu kembali ramai di dunia maya. Perang itu antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga dengan segala poster dan gambar-gambar nyinyirnya. Yang satu menjelekkan yang lain dan merasa pilihannya lah yang paling benar. Biasanya ibu bekerja akan menggunakan argumen kemandirian. Sementara ibu rumah tangga menggunakan argumen surga.

Saya sendiri baru saja mengalami perdebatan ini di timeline saya, walau perdebatannya tidak seseru dan sesengit di timeline fanpage-fanpage yang menayangkan gambar-gambar penyulut perang. Dalam status terbaru yang saya tulis itu, saya mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan memilih secara bebas pilihan hidup saya. Saya memilih berada di rumah. Saya katakan bahwa pilihan ini bukan bangga-banggaan, tetapi lebih ungkapan rasa syukur karena saya tau, di luar sana ada banyak perempuan yang ‘terpaksa’ memilih meninggalkan anak dengan rasa sesak di dada.