Sabtu, 17 Mei 2014

Mertua Vs Menantu: Berdamai dengan Mertua

Daun Lidah Mertua

Gara-gara dapat curhatan dari seorang teman tentang mertuanya, jadi pengen nulis tentang mertua dan pengalaman bermertua. Eh Bu, maaf ya, kisahmu aku jadiin topik bahasan. Sungkem dulu sama si Ibu. Tapi tenang saja Bu, nama dan tempat aku samarkan kok. Hihihi.

Dulu, sebelum nikah, aku mempunyai doa paket. Aku minta pada Allah untuk memberikan suami yang baik yang sepaket dengan mertua yang baik. Jujur saja, kata mertua bagiku waktu itu sangat menakutkan dan membuat aku sangat kuatir bila nanti aku mendapat mertua yang tidak 'pas' denganku. Jujur lagi, ketakutanku itu bukan tanpa alasan. Aku mempunyai cerita buruk tentang hubungan mertua dan menantu yang tidak baik yang imbasnya sangat luar biasa, tidak hanya sampai pada hubungan suami-istri, tetapi sampai pada anak atau bahkan cucu, dan aku ini adalah imbasnya.

Jumat, 16 Mei 2014

Menyikapi Perbedaan

Saya menghormati perbedaan dan saya pun menghormati orang yang berbeda dengan saya. Jangankan berbeda soal hal-hal yang kecil seperti perbedaan pengasuhan, ibu bekerja/ibu di rumah, ASI/susu formula, TV/anti TV, dan sejenisnya, orang yang berbeda mazhab atau bahkan berbeda agama pun saya hormati. Cara saya menghormatinya yaitu membiarkan mereka pada pendapat mereka, tidak memaksa mereka mengikuti cara pandang saya, dan tidak menjelek-jelekkan mereka. Saya baru bereaksi ketika mereka sudah menyinggung, menyalahkan, serta memaksa saya mengikuti cara pandang mereka. Kalau sudah begitu, saya pun akan bereaksi.

Kesannya pasif ya? Lalu apa peran dakwah sebagaimana dianjurkan agama? Sebelum ke sana, saya percaya, semua pandangan pasti didasarkan alasan yang logis. Nah, dalah hal alasan inilah pangkal perbedaan itu terjadi.

Kamis, 15 Mei 2014

Nek Wes Ngono Lho, Trus Njur Lapo?

Artinya, kalau sudah begitu lho, terus kenapa? Pertanyaan itu adalah untuk menjawab alasan dari segala sesuatu. Saya biasa memakai pertanyaan itu ketika saya hendak memilih sesuatu, melakukan sesuatu, atau bahkan menilai sesuatu. Ketika jawaban dari pertanyaan tersebut esensial, maka saya akan dengan keyakinan kuat melakukannya. Sebaliknya, bila jawaban dari pertanyaan tersebut hanya bersifat luaran, berarti saya menyimpulkan hal tersebut tidak penting.

Suatu hari, seorang kerabat bercerita kalau dia hendak membeli motr gede. Saya dan suami menyerankan untuk memikirkan ulang keinginannya, karena dia masih lajang dan hendak menikah. Lebih baik dia utamakan dulu persiapan rumah tangganya. Rupanya, masukan kami tidak didengar, dan jadilah motor gede dibeli. Saya dan suami kecewa tentunya, tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat. Saya nyletuk ke suami, 'emang kalau sudah punya motor gede lho terus lapo?' 'ya, gaya lah, dipandang orang, dan disungkani,' begitu kata suami. 'Nek sudah disungkani orang lho trus lapo? Bisa kenyang gitu? Bisa punya sumah gitu?' Jawab saya. 'hahaha... iya kali,' kata suami saya.

Minggu, 11 Mei 2014

Hidup Tanpa HP Pintar


Ceritanya, aku terpaksa mengganti HP karena HP lamaku rusak setelah dicemplungin Farras ke sayur asem panas. Untungnya, HP yang rusak itu HP murah, seharga enam porsi nasi bebek di Bandar Lampung. Tidak ada penyesalan kecuali beberapa nomor kontak yang tersimpan di memori HP lenyap seiring matinya HP.


Aku hanya tersenyum, sama sekali tidak marah, dan sempat tertawa melihat ekspresi Farras saat aku tanya di mana HPku. "HP di mam," katanya. Rupanya, HP sudah di mangkok sayur asem panas yang baru aku tuang dari priuk. 

Jumat, 09 Mei 2014

Selera Ndeso



Gini nih enaknya nikah dengan orang sekampung... ups... maksudnya nikah dengan orang yang sama-sama berasal dari kampung. Urusan selera makan, aku dan si Mas tidak banyak kendala. Selera makan kami sama, (ada yang beda ding, si Mas suka banget duren, dan aku sebaliknya), selera kampung, meskipun kami tinggal di kota (pinggiran kota maksudnya). Tapi, dibanding si Mas yang selera makannya benar-benar kuampung, aku masih doyan makanan-makanan yang kata orang makanan kota, kaya pizza, burger, dll.



Nah, urusan selera ini rupanya nurun ke Farras. Selera Farras yang lahir di kota, ternyata sangat kampungan. Makanan kesukaannya itu singkong dan segala olahan makanan dari singkong, mau itu singkong rebus, singkong goreng, singkong bakar, gethuk singkong, gimbal singkong, sampai kripik singkong. Selain singkong, Farras sangat suka nasi jagung plus sayur asem bandeng. *abahnya banget. Farras juga sangat suka nasi jagung lauk pepes pindang. *kalau ini ibunya banget.