Jumat, 21 Juni 2013

Gilanya Dunia Pendidikan


Kompas melaporkan, PTS banyak t”tidak laku” karena kualitas. PTS pun ”laris manis” karena kualitas. Artinya PTS harus bersaing dalam kulitasnya bila ingin ”laku” dan “diserbu pembeli”. Kualitas yang dimakasud adalah bukti kongkrit sang PTS dalam pemberian jaminan kepada calon pembeli ketika mereka sudah lulus dari PTS tersebut. Maka jangan heran bila ada iklan tempel yang tersebar di angkot, stasiun, tempat umum lainnya, bahkan toilet umum yang menyajikan deretan tulisan janji-janji kongkrit tersebut. Misalnya, ”MAU LANGSUNG KERJA? KULIAH SAJA DI PERGURUAN TINGGI X!” Ada juga iklan jamu tradisional, ”KULIAH DI PT X DIJAMIN LANGSUNG KERJA. DENGAN JAMINAN UANG KEMBALI.” Dan beragam iklan-iklan lainnya. Semua disajikan secara vulgar layaknya iklan-iklan pruduk kosmetik dan alat kecantikan lainnya.
Bahkan masih dalam laporan Kompas, ada salah seorang pakar pendidikan dari universitas pendidikan ternama yang mengatakan bahwa rakyat kita semakin cerdas dengan menyekolahkan anak-anak mereka ke perguruan-perguruan tinggi yang memang menjanjikan pekrejaan kongkrit. ”Maka jangan heran bila PTS yang tidak memberikan bukti kongkrit itu ditinggalkan oleh peminat.” 

Itulah sekilas gambaran gilanya dunia pendidikan di Negeri kita tercinta. Lembaga pendidikan memang sudah menjadi kebutuhan masyarakat kita. Seharusnya kondisi ini menggembirakan dimana ada peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Namun nampaknya ada sistem yang salah yang menjadikan pendidikan ”turun” dari posisi penting dan agungnya. 

Pendidikan hanya dipandang suatu proses yang memang harus dijalani oleh seorang anak yang dimulai dari pendidikan anak usia dini, SD, SMP, SMA, dan kalau mampu berarti ada tingkatan selanjutnya, yaitu kuliah. Dan tahap terakhir adalah kerja. Ketika seorang anak didik ini sudah mencapai tahap terakhir ini, maka ia bisa dikatakan sukses. Sebaliknya, ketika seorang anak didik yang tidak berhasil mencapai tahap terakhir [dunia kerja] berarti pendidikan dikatakan gagal. Sayangnya, dunia kerja terkadang juga disempitkan dengan dunia kerja di pemerintahan [PNS], atau swasta yang berpenghasilan tetap. 

Dengan tahapan-tahapan yang tersebut di atas, maka jangan heran bila dunia pendidikan dan keilmuan yang ada di negeri tercinta kita ini berjalan di tempat. Bagaimana tidak? Proses yang dilalui saja hanya proses singkat dan instan, serta pencapaian tujuan sesaat saja yang diprioritaskan. Negeri yang berpenduduk mayoritas Islam dengan agungnya Al-Qur`an sebagi panduan ini bagai raksasa yang tidur, yang besar tapi tidak membawa dampak dan efek takut pada siapapun. 

Sistem pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia dan memunculkan potensi fitrah manusia telah tereduksi dengan sistem yang berjalan. Ilmu yang dalam Islam disucikan dan disetarakan dengan sucinya alam juga diturunkan dalam iklan-iklan yang tertempel di toilet-toilet umum. Julukan manusia yang paling takut di mata Allah [ulama/ahli ilmu] juga digeser kepada pejabat-pejabat korup, pegawai-pegawai yang lalai, dan sejenisnya. Karena jangan katakan kalau mereka bukan lulusan-lulusan sarjana. 

Inilah yang dikhawatirkan oleh sebagian ilmuwan yang benar-benar sadar akan ancaman umat di dunia saat ini. Karena bukan lagi penjajah Belanda yang ada di hadapan, tapi watak-watak dangkal yang menghadang. Dunia pendidikan yang suci yang dimaksudkan untuk menghasilkan manusia paripurna sesuai dengan fitrahnya telah diubah sebagai tempat pegadaian dengan segala jaminannya. Dengan demikian, meskipun keberadaan sekolah dan kampus yang menjamur dengan tingkat peminat yang tinggi, maka semua itu tidak memberi efek apapun bagi kemajuan negeri ini. Karena pendidikan hanya difokuskan sebagai tempat jaminan lapangan pekerjaan, bukan proses tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban. 

Maka, jangan berharap pada sistem bila Anda mendambakan generasi-generasi penerus ini bangkit dan membangun peradabannya. Bangunlah sistem Anda sendiri dengan aturan serta peraturan Anda sendiri. Anda boleh menyekolahkan anak-anak Anda di sekolah formal. Tapi jangan berharap banyak dan merasa puas dengan semua itu. Didikan Andalah yang menentukan.


............................
Aku takut umat kita tidak akan bangkit lagi
Walau ekonomi melambung tinggi
Umatku sibuk membeli saham menjual budi
Anggap sekolah, madrasah tidak bererti jika gagal meningkatkan gaji
Universiti tidak dinilai secara insane, hanya patuh nafsu industri
Yang sering berubah mengikut pasaran
Pasaran berubah mengikut perasaan.

..............................................
Bagaimana kita akan bangkit semula
Memimpin dunia mendapat syurga?
Jika ibu-bapa pintar melahir anak cuma
Jika pelajar hanya mahu lulus periksa dan cari kerja
Jika guru, pensyarah kehilangan arah
Ilmu terpaku di dada ijazah
Jika peniaga bermain politik, bertuhankan laba
Ahli politik memperniaga prinsip dan akhlak segala
Jika cendekiawan cuma mengikut dan membuat komentar-
Cekap mengubah fakta, meminda makna, mengejar kuasa
Adam akan menyesal
Dan Iblis berkenduri besar.

Dikutip dari Aku Bimbang, karya Prof. Wan Mohd Nor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar