Sabtu, 27 Juli 2013

Minta Maaf pada Simbah



Inilah impian yang ingin saya wujudkan pada Ramadhan kali ini, entah ini Ramadhan ini terakhir bagiku atau (mudah-mudahan) masih bertemu lagi dengannya. Lebih-lebih bila ini adalah Ramadhan ini terakhir, maka, sekali lagi, aku ingin meminta maaf secara langsung pada simbah.

Dalam hati, masih sering ada rasa sakit hati pada simbah karena perlakuan simbah yang sering membeda-bedakan kami, cucu-cucunya. Aku merasa seperti cucu tiri, meski sebenarnya kami semua adalah cucu kandungnya. Perasaan ini ada sejak aku kecil hingga saat ini. Karena itulah aku sering ngedumel, marah-marah sendiri, bahkan terkadang berkata tidak baik tentang simbah. 
<!--more-->

Kalau sedang pulang kampung, aku memang bersikap baik di depannya. Tapi aku tidak bisa berpura-pura baik. Ya, hanya sikap kaku untuk menahan bersikap buruk di depannya. Yang terbayang di kepalaku adalah bagaimana sikapnya yang memperkerjakan aku dan adik-adikku seperti buruh di sawah sementara sepupu-sepupu kami yang lain bebas  bermain. Yang terkenang di benakku adalah bagaimana sikpanya memberikan makanan sisa untukku dan keluargaku sementara makanan terbaik selalu diberikan kepada sepupu-sepupu kami. Yang terlintas adalah pemberian kalung emas untuk sepupu-sepupuku saat mereka menikah dan itu tidak pernah terjadi di pernikahanku.

Aku ingin menghapus semua kenangan itu meski tidak mudah. Dan mudah-mudahan dengan meminta maaf secara tulus kepadanya di akhir Ramadhan tahun ini, beban-beban sakit hati itu akan hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar